Langsung ke konten utama

Untitled (1/4)


“Allura….” ucapku halus. Ia tidak berhenti, ia tetap saja menggodaku dengan segala tingkahnya yang… menggemaskan.

“Allura…!” ucapku lagi. Kali ini dengan nada yang lebih tinggi. Sekali lagi, ia tidak berhenti malah semakin menjadi.

“Allura, bener deh!!!” seruku. Ia terdiam dan berhenti menggodaku. Aku menghela nafas dan melanjutkan permainan gitarku.

***
Aku tengah mencoba kunci lagu baru ketika ia – Allura – datang kerumahku. Dan, mau tak mau aku harus menemaninya dan dia dengan senang hati merecokiku dengan segala tingkahnya. Namanya Allura Carilynne, dia ‘sahabat’ ku, aku bertemu dengannya saat aku memutuskan untuk menyibukkan diriku dengan kursus dan kebetulan sekarang aku satu sekolah dengannya. Saat itu, aku masuk kursus gitar dan aku bertemu dengannya. Jika aku mengingat momen saat aku mengajaknya berkenalan sepulang kursus, aku merasa jijik. Tanya kenapa? Baca dan perhatikan!

Tiga tahun lalu,
She’s my first love. Sejak pertama aku bertemu pandang dengannya di kelas kursus. Sejak itu dan… sampai sekarang… mungkin. Saat itu, aku melihat seorang anak perempuan kelas 1 SMP yang terlihat sangat cantik dengan dress selutut yang dikenakannya. Yah, namanya juga laki-laki, enggak bisa ngeliat cewek cantik dikit, bawaannya mau diajak kenalan aja. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengajaknya berkenalan sepulang kursus. Aku berharap, rumah kami searah dan dia tidak dijemput oleh mamanya.

Bel pulang berbunyi, aku memberanikan diri mengejar langkahnya yang sudah lebih dulu keluar kelas. Untungnya, anak itu seperti sedang menunggu pesanan minumannya di sebuah kios milkshake yang ada di dekat tempat kursus, jadi aku bisa mengajaknya berkenalan. Aku menghitung sisa uang saku yang diberikan oleh ibu, masih utuh. Tanpa fikir panjang, aku segera berlari kecil ke arah kios milkshake dimana anak itu berada. Modus.

“Mbak, aku pesan chocolate milkshake satu!” seruku pada mbak penjaga. Setelah itu, aku menyapa anak itu.

“Hai. Sepertinya kita sekelas, ya enggak sih?? Namaku, Avery… kamu bisa panggil aku Very. Namamu?” ucapku sambil megulurkan tanganku. Anak itu menampakkan ekspresi takut. Kenapa?? Apa dia kira aku ini penjahat? Penculik? Atau seorang… pedophile?? Hei! Kita seumur, don’t you know?! Oke, lebay.

“Namaku Allura Carilynne. Panggil aku Allura. Avery? Peri penguasa?” jawab anak itu, eh, Allura sambil membalas uluran tanganku. Ternyata dia ramah.

“Iya. Allura itu…? Peri cantik kan?? Sama kayak orangnya. Um, maksudku, kamu pulang ke arah mana??”

Dan ternyata, dewa atau dewi? Entahlah, dewa fortuna sedang berpihak padaku. Karena ternyata rumah kami hanya beda satu blok. Bayangkan! Rumahku-satu-blok-dengan-rumah-my-first-love! Ini such an amazing thing!

***
Sungguhan. Itu jijik banget! Aku tidak akan bilang bahwa Allura itu adalah peri cantik kalau ternyata besarnya seperti ini. Tidak akaaann…!

“AVERRYYYY!!!!” jerit Allura menyadarkan lamunanku. Aku gelagapan dan mengalihkan pandanganku pada Allura.

“Apaan Lur? Ngapain sih jerit-jerit? Berisik tahu!” tanggapku sambil meneguk lemon tea bikinan Allura.

Hem, iya. Karena ibu dan ayah sudah terbiasa dengan kedatangan Allura ke rumahku, setiap dia datang kesini pasti dia bikin minuman sendiri. Kata dia “Takut ngerepotin ayah sama ibu kamu.” padahal kedatangan dia ke rumah saja sudah membuatku repot.

“Aku mau cerita!” seru Allura. Aku mengangguk dan meletakkan gitarku. “Ferdi nembak aku.” sambungnya dengan nada aneh.

“Lalu?”

“Aku harus terima dia atau tidak??” Aku menghela nafas. Ini bukan cerita yang kuharapkan. Ferdi adalah teman klub basketku yang memang cukup dekat dengan Allura. Tapi aku tidak pernah mengetahui kalau ia menaruh perasaan pada Allura. 

“Terserah kamu.” jawabku pendek. Aku sempat memungkiri bahwa aku punya ‘rasa’ sama Allura, tapi entah mengapa mendengar cerita Allura, dadaku terasa sesak, aku sakit hati.

“Kamu kan temen klubnya. Ferdi orangnya kayak gimana sih??”

“Udah ah, aku mau istirahat. Capek. Dah!” sahutku sambil berlalu meninggalkan Allura dan masuk ke kamar.

“AVERY! VERYYY! Ih, kok gitu??!!” jeritnya dari luar.

“BAWEL! Pulang sana!”

***
Hari ini aku malas sekolah. Malas bertemu Allura… apalagi Ferdi! Bukan salah Ferdi sih kalo dia suka sama Allura, Allura emang cantik… walaupun masih banyak yang lebih cantik. Bukan hakku juga kalau melarang Allura menerima Ferdi, setahuku Ferdi adalah anak yang baik.

“VER!” seru Allura. Aku juga malas setiap Allura memanggilku di koridor sekolah, anak-anak yang lain selalu melihat kami dengan tatapan yang tidak biasa. Khususnya anak cewek. Tatapan sinis yang menghujam Allura. Waktu aku tanya Allura tentang pandangan anak-anak di koridor, dia bilang ‘Mungkin karena kamu yang terkenal malah deketnya sama aku bukan sama kembang sekolah kayak Abel.’ Padahal aku paling enggak suka dibilang ‘terkenal’. Risih.  

“Hei Lur!”

“Jadi gimana? Aku terima atau enggak?” Aku menghela nafas. Ini… lagi.

“Lur, hakmu. Terima atau enggak, terserah kamu.” jawabku. Mengucapkan kalimat sesingkat itu saja membuat dadaku sesak.

‘Aku harap kamu menolaknya Lur….’ ucapku dalam hati sambil melirik Allura yang berjalan di sebelahku. Rasanya aku ingin merangkul tubuhnya, aku tahu bagaimana rasanya dihujam tatapan sinis setiap ia berada di sebelahku.

***
Sepulang sekolah, Ferdi menemuiku di ruang ekskul basket. Wajahnya tampak berseri-seri dan tanpa alasan yang jelas ia mengajakku minum es campur di depan sekolah.

“Aku jadian.” ucap Ferdi pendek. Aku berusaha cuek. “Allura menerimaku menjadi pacarnya.” sambung Ferdi. Aku menghentikan suapan es campurku, sendok bebek alumunium yang tadi kupegang kini tergeletak di dalam gelas es campur yang cukup besar.

“O… oh… selamat ya.” jawabku dengan senyum simpul. Sesak. Tapi aku berterima kasih karena Ferdi baru memberitahu kabar ‘menyesakkan’ ini padaku ketika es campurku sudah hampir habis. Aku merasa jadi orang paling munafik hari ini.

‘Kenapa Lur… kenapa?’ ucapku dalam hati sambil mengaduk-aduk sisa es campurku. Aku hancur. 

***

So, this is my first 'cerbung'. Maap masih kurang di sana sini dan... judulnya juga aku ubaaahhh gara-gara alasan tertentu, judulnya jadi 'untitled' gitu deh ._. Well, enjoy!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thoughts on Birthday

Birthday should be one of the special day in a year. Not because of the present you will get, but for me, it's because of the prayer. Birthday is beautiful because of the people who celebrate your birthday come with all those good wishes. Have a long life, be happy, have a joyful birthday. Simple words, but i love it the most. Some people also add on extra beautiful words. Thank you for being born. Thank you for holdin on til now. Or even thank you for being my friend. Thank you for spending your life with me. I can't hold back my tears when i read all those words in my birthday greeting chats or letters. I'm so thankful. Receiving presents and foods on my birthday is indeed make me happy. But, a simple "happy birthday" is really enough. I'm so thankful even with that simple phrase. Birthday is not about gettin all those presents. It's also not about partying all night long in a 5 star hotel. It's about sincere prayer your families, your friends, or ev...

Pesan dari Seorang Teman

"Kalo gabut mah chat gue aja, kali." "Gimana, gimana? Cerita dong!" " Are you ok ?" "Lo kangen gue, ya?" Ting! Tanda pesan masuk. Perempuan itu menatap layar telepon genggamnya, membaca pesan, dan meninggalkannya tak berbalas. "Ah, basa-basi lagi," gumamnya. Layar telepon genggamnya masih menyala, menampilkan pesan dengan satu kata, kangen.

Basically, We are Alone.

Yap. Basically, we are alone. Most of us were born alone. At least, i was born alone. That's why i often feel like i spent most of my time alone. It's some kind of healing for me. I don't hate people, but sometimes, interacting with others drained my energy more than doing my assignments did. I don't hate people, but still, please let me be in my little bubble, where i feel the most comfortable. Before this covid things, i already love to stay in my room, scrolling down the timeline, reading a lot of books, or laying on my bed. Sometimes, i love to go out and hang out with my friends and family. After this covid happens, it got worse. Interacting with other people really make me tired. I might be go out for a day, chitchat with my friend for a day, but after that, i would definitely stay in my little bubble for a month to recharge my energy. I hate it when someone force me to visit someone house or to interact with other people. If i don't want to, then whyyy?! And ...