“Allura….”
ucapku halus. Ia tidak berhenti, ia tetap saja menggodaku dengan segala
tingkahnya yang… menggemaskan. 
“Allura…!”
ucapku lagi. Kali ini dengan nada yang lebih tinggi. Sekali lagi, ia tidak
berhenti malah semakin menjadi. 
“Allura,
bener deh!!!” seruku. Ia terdiam dan berhenti menggodaku. Aku menghela nafas
dan melanjutkan permainan gitarku. 
***
Aku
tengah mencoba kunci lagu baru ketika ia – Allura – datang kerumahku. Dan, mau
tak mau aku harus menemaninya dan dia dengan senang hati merecokiku dengan
segala tingkahnya. Namanya Allura Carilynne, dia ‘sahabat’ ku, aku bertemu
dengannya saat aku memutuskan untuk menyibukkan diriku dengan kursus dan
kebetulan sekarang aku satu sekolah dengannya. Saat itu, aku masuk kursus gitar
dan aku bertemu dengannya. Jika aku mengingat momen saat aku mengajaknya
berkenalan sepulang kursus, aku merasa jijik. Tanya kenapa? Baca dan
perhatikan!
Tiga tahun lalu,
She’s my first love. Sejak pertama
aku bertemu pandang dengannya di kelas kursus. Sejak itu dan… sampai sekarang…
mungkin. Saat itu, aku melihat seorang anak perempuan kelas 1 SMP yang terlihat
sangat cantik dengan dress selutut yang dikenakannya. Yah, namanya juga
laki-laki, enggak bisa ngeliat cewek cantik dikit, bawaannya mau diajak kenalan
aja. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengajaknya berkenalan sepulang kursus. Aku
berharap, rumah kami searah dan dia tidak dijemput oleh mamanya. 
Bel pulang berbunyi, aku memberanikan
diri mengejar langkahnya yang sudah lebih dulu keluar kelas. Untungnya, anak itu
seperti sedang menunggu pesanan minumannya di sebuah kios milkshake yang ada di
dekat tempat kursus, jadi aku bisa mengajaknya berkenalan. Aku menghitung sisa
uang saku yang diberikan oleh ibu, masih utuh. Tanpa fikir panjang, aku segera
berlari kecil ke arah kios milkshake dimana anak itu berada. Modus. 
“Mbak, aku pesan chocolate milkshake
satu!” seruku pada mbak penjaga. Setelah itu, aku menyapa anak itu. 
“Hai. Sepertinya kita sekelas, ya
enggak sih?? Namaku, Avery… kamu bisa panggil aku Very. Namamu?” ucapku sambil
megulurkan tanganku. Anak itu menampakkan ekspresi takut. Kenapa?? Apa dia kira
aku ini penjahat? Penculik? Atau seorang… pedophile?? Hei! Kita seumur, don’t
you know?! Oke, lebay. 
“Namaku Allura Carilynne. Panggil aku
Allura. Avery? Peri penguasa?” jawab anak itu, eh, Allura sambil membalas
uluran tanganku. Ternyata dia ramah. 
“Iya. Allura itu…? Peri cantik kan??
Sama kayak orangnya. Um, maksudku, kamu pulang ke arah mana??” 
Dan ternyata, dewa atau dewi?
Entahlah, dewa fortuna sedang berpihak padaku. Karena ternyata rumah kami hanya
beda satu blok. Bayangkan! Rumahku-satu-blok-dengan-rumah-my-first-love! Ini
such an amazing thing! 
***
Sungguhan.
Itu jijik banget! Aku tidak akan bilang bahwa Allura itu adalah peri cantik
kalau ternyata besarnya seperti ini. Tidak akaaann…! 
“AVERRYYYY!!!!”
jerit Allura menyadarkan lamunanku. Aku gelagapan dan mengalihkan pandanganku
pada Allura. 
“Apaan
Lur? Ngapain sih jerit-jerit? Berisik tahu!” tanggapku sambil meneguk lemon tea bikinan Allura. 
Hem,
iya. Karena ibu dan ayah sudah terbiasa dengan kedatangan Allura ke rumahku,
setiap dia datang kesini pasti dia bikin minuman sendiri. Kata dia “Takut
ngerepotin ayah sama ibu kamu.” padahal kedatangan dia ke rumah saja sudah
membuatku repot. 
“Aku
mau cerita!” seru Allura. Aku mengangguk dan meletakkan gitarku. “Ferdi nembak
aku.” sambungnya dengan nada aneh. 
“Lalu?”
“Aku
harus terima dia atau tidak??” Aku menghela nafas. Ini bukan cerita yang kuharapkan.
Ferdi adalah teman klub basketku yang memang cukup dekat dengan Allura. Tapi
aku tidak pernah mengetahui kalau ia menaruh perasaan pada Allura.  
“Terserah
kamu.” jawabku pendek. Aku sempat memungkiri bahwa aku punya ‘rasa’ sama
Allura, tapi entah mengapa mendengar cerita Allura, dadaku terasa sesak, aku
sakit hati. 
“Kamu
kan temen klubnya. Ferdi orangnya kayak gimana sih??” 
“Udah
ah, aku mau istirahat. Capek. Dah!” sahutku sambil berlalu meninggalkan Allura
dan masuk ke kamar. 
“AVERY!
VERYYY! Ih, kok gitu??!!” jeritnya dari luar. 
“BAWEL!
Pulang sana!” 
***
Hari
ini aku malas sekolah. Malas bertemu Allura… apalagi Ferdi! Bukan salah Ferdi
sih kalo dia suka sama Allura, Allura emang cantik… walaupun masih banyak yang
lebih cantik. Bukan hakku juga kalau melarang Allura menerima Ferdi, setahuku
Ferdi adalah anak yang baik.
“VER!”
seru Allura. Aku juga malas setiap Allura memanggilku di koridor sekolah,
anak-anak yang lain selalu melihat kami dengan tatapan yang tidak biasa.
Khususnya anak cewek. Tatapan sinis yang menghujam Allura. Waktu aku tanya
Allura tentang pandangan anak-anak di koridor, dia bilang ‘Mungkin karena kamu
yang terkenal malah deketnya sama aku bukan sama kembang sekolah kayak Abel.’
Padahal aku paling enggak suka dibilang ‘terkenal’. Risih.  
“Hei
Lur!” 
“Jadi
gimana? Aku terima atau enggak?” Aku menghela nafas. Ini… lagi. 
“Lur,
hakmu. Terima atau enggak, terserah kamu.” jawabku. Mengucapkan kalimat
sesingkat itu saja membuat dadaku sesak. 
‘Aku
harap kamu menolaknya Lur….’ ucapku dalam hati sambil melirik Allura yang
berjalan di sebelahku. Rasanya aku ingin merangkul tubuhnya, aku tahu bagaimana
rasanya dihujam tatapan sinis setiap ia berada di sebelahku. 
***
Sepulang
sekolah, Ferdi menemuiku di ruang ekskul basket. Wajahnya tampak berseri-seri
dan tanpa alasan yang jelas ia mengajakku minum es campur di depan sekolah. 
“Aku
jadian.” ucap Ferdi pendek. Aku berusaha cuek. “Allura menerimaku menjadi
pacarnya.” sambung Ferdi. Aku menghentikan suapan es campurku, sendok bebek
alumunium yang tadi kupegang kini tergeletak di dalam gelas es campur yang
cukup besar. 
“O…
oh… selamat ya.” jawabku dengan senyum simpul. Sesak. Tapi aku berterima kasih
karena Ferdi baru memberitahu kabar ‘menyesakkan’ ini padaku ketika es campurku
sudah hampir habis. Aku merasa jadi orang paling munafik hari ini. 
‘Kenapa
Lur… kenapa?’ ucapku dalam hati sambil mengaduk-aduk sisa es campurku. Aku
hancur. 
***
So, this is my first 'cerbung'. Maap masih kurang di sana sini dan... judulnya juga aku ubaaahhh gara-gara alasan tertentu, judulnya jadi 'untitled' gitu deh ._. Well, enjoy!
Komentar
Posting Komentar