Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Sahabat itu... apa?

Dulu, waktu SMP atau SMA, waktu gue masih percaya sama konsep sahabat, gue merasa gue punya banyak sahabat. Makin ke sini, waktu ngajarin gue kalo yang namanya sahabat itu enggak ada. Sahabat itu cuma konsep, perwujudan orangnya ya... enggak ada. Beberapa dari kalian mungkin punya atau seenggaknya merasa punya sahabat, tapi gue dengan bangga bilang kalo gue enggak punya. Kalian yang punya kelompok pertemanan tapi gaguna, angkat tangan! Kalian yang punya kelompok persahabatan tapi tiap temen kalian ngobrol kalian gangerti, angkat tangan! Kalian yang cuma punya grup tapi gapernah sekadar main dan ngobrol bareng, angkat tangan! Buat yang merasa, gue minta maaf ya membuat kalian merasa enggak punya sahabat mendadak. Makin gede, gue makin ngerti kalo semua orang itu deket karena butuh, atau deket karena kebetulan kita yang lagi ada di sekitar mereka. Itu yang gue pelajarin. Gue ngobrol, gue main, sama orang-orang yang keliatan sama mata gue. Makanya gue lebih sering main sama t

Cerita Ramadan #10

Sabtu. Jadwal dia pergi ke kampus yang berubah jadi tempat les khusus di hari Sabtu. Lokasi tempatnya yang di Depok membuatnya tak henti menyipitkan mata, menahan cahaya matahari yang masuk. Silau, bok. Jadwal les di hari Sabtu enggak pernah ganggu menurut dia. Walaupun makalah yang belom dikerjain masih banyak, revisian yang belum selesai masih ada, dia tetep les. Bukan karena alasan tertentu, cuma karena menurut dia, les adalah salah satu cara ngelepasin diri dari sibuknya hari, apalagi waktu musim ujian gini. Anak itu suka les, kecuali les matematika. Anak itu suka les, lebih dari sekolah, lebih dari kuliah, dari dulu begitu. Waktu ditanya kenapa, lebih menyenangkan jawabannya. Ya, jelas. Les enggak akan ngasih tugas yang jadi beban kayak sekolah atau kuliah. Ya, jelas. Teman-teman yang didapet dari tempat les kadang lebih aman daripada teman-teman sekolah. Ya, jelas. Tempat les pernah jadi satu-satunya tempat paling menyenangkan untuk belajar bagi dia, apalagi pas jaman

Cerita Hari Kelima Ramadan

Ratusan helaan napas keluar dari mulutku hari ini. Kalau saja aku sedang tidak berpuasa, aku akan menceritakan semua kelelahanku kepada setiap orang yang kutemui. Hal itu tidak kulakukan, karena aku sedang berpuasa, dan kalian tahu sendiri apa yang terjadi pada hembusan Ramadan, kan? Jadi, aku memilih untuk melepas semua lelahku dengan menghela napas--dan memastikan aku melakukannya jauh dari orang lain. Beberapa minggu terakhir, perkuliahanku terasa seperti batu kali yang diam di pundakku dan tidak berminat untuk bergeser barang sedetik saja. Aku bukan sedang mengeluh, aku sedang menceritakan perkuliahanku. Makalah datang bertubi-tubi mewarnai pekan ujian, presentasi datang silih-berganti menambah lengkap penderitaan. Aku sempat berhenti sejenak dan menoleh, tapi yang kulihat hanya orang tua dan kakak-kakakku yang seolah berkata, "kuliah yang bener gak lo?!" Jadi, aku memutuskan untuk berjalan lagi. Setidaknya sepuluh hari lagi, sampai dijemput sang pujaan hati.

Cerita Hari Keempat Ramadan

Saat seperti ini biasanya aku merindukanmu. Jangan lupa sisipkan sangat, karena jika rindu berobjek kamu, maka sangat akan selalu mendahului rindu. Saat seperti ini biasanya aku mengharapkan kehadiranmu. Hanya mengharapkan, tanpa menuntut untuk bertemu. Malam hari seperti ini biasanya aku merindukanmu. Malam hari setelah perdebatan dengan orang lain, malam hari setelah semesta seakan memusuhiku seorang diri. Dulu, setelah pertengkaran kecil dengan kakakku, aku selalu mencarimu. Aku mencarimu, karena kamu tidak pernah membelaku, kamu hanya mendengarkan, kamu adalah pendengar yang baik. Kemudian aku sadar, kamu bukan pendengar yang baik, kamu tidak menanggapi karena kamu tidak peduli. Dulu, setelah pertengkaran hebat dengan teman-temanku yang lain, aku selalu mencarimu. Kemudian, setelah selesai, kamu akan bertanya, "udah keselnya?" dan itu berlaku untuk ratusan cerita yang aku ceritakan padamu. Kukira itu berarti kamu rela aku jadikan pelampiasan amarahku, namun lagi-