Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Coffee Shop

Aku memejamkan mataku tiap kali petir menyambar. Hujan hari ini deras dan menyebabkan aku harus berteduh di coffee shop ini dengan seorang temanku, Ahren. Petir itu tidak henti-hentinya menyambar, butir-butir hujan terus membasahi bumi, membuat aspal yang biasanya keabuan menjadi hitam, membuat tanah yang biasanya retak-retak menjadi segar dan menimbulkan harum petrichor. Bagian kesukaanku dari hujan adalah petrichor, wangi itu selalu berhasil membuat indra penciumanku mencintainya. “Kalau kamu cinta hujan, cintai juga petirnya.” sahutnya. Aku menghela napas, ini sudah kesekian kalinya ia mengucapkan kalimat itu. Baik, aku cinta hujan, aku suka turunnya hujan, aku suka petrichor… tapi… hei, ada kah orang yang menyukai petir? “Kalimat itu sama saja berarti ‘kalau kau suka makan cokelat, makan juga bungkusnya’ ini sudah hampir ratusan kali kau mengucapkan kalimat itu padaku.” tanggapku sambil mengaduk caramel macchiato-ku, menghancurkan coffee art kelinci yang sejak tadi terpam