Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Happy Anniversary!

Darajat Pass, 25 Juli 2016. Enggak ada yang istimewa di tanggal itu selain tangan kiri gue patah. Enggak istimewa, tapi entah kenapa gue merasa gue perlu 'merayakannya' walaupun cuma dengan postingan ini.  So, yea. It's been a year since that accident. Dua hari yang lalu, di tahun 2016, gue dibikin berubah sama Allah. Satu tahun yang lalu, gue dipatahin sama Allah. Patah tulang rasanya lebih sakit dari patah hati, serius. Satu tahun yang lalu, hari ini gue lagi enggak bisa apa-apa, kerjaannya nangis sama minum ponstan biar enggak ngilu. Eh, sekarang gue udah bisa nge- gym lagi. Satu tahun yang lalu, gue masih sibuk bolak-balik kampus buat kegiatan maba sama bolak-balik tukang urut untuk benerin tangan. Gue masih inget sekenceng apa gue nangis, sekenceng apa gue teriak-teriak waktu diurut. Kejadian itu mendewasakan gue. Patah tulang mengajarkan gue untuk lebih dari sekadar sabar, lebih dari sekadar kuat, lebih dari sekadar yakin. Patah tulang juga ngasih tahu gu

Dear, Son.

Anak laki-laki itu harus kuat. Setidaknya begitu yang orang-orang katakan, dan itu benar. Kamu harus kuat, tapi saat kau tak sanggup lagi menahan segalanya, kau boleh menangis. Jika menurutmu laki-laki enggak boleh nangis, kalo nangis bukan laki. Kau boleh ketuk kamar ibu dan memeluk ibu kapan pun kau membutuhkannya. Ibu akan senang menerima pelukan itu. Kamu boleh jadi sekuat yang kamu mampu. Kamu boleh jadi setangguh yang kamu bisa. Kamu harus kuat untuk melindungi saudara perempuanmu. Kamu harus tangguh agar tidak mudah menyerah pada kerasnya duniamu nanti. Jangan sakiti perempuan, ya? Setampan apapun kamu nanti, sebaik apapun pribadimu kelak, jangan sakiti perempuan. Tidak, jangan sakiti siapapun. Apalagi perempuan. Jadilah laki-laki baik. Carilah perempuan yang baik, yang bisa diajak ke dufan dan bersenang-senang bersama. Carilah perempuan yang mau belajar masak, agar ibu yakin kamu tidak kekurangan asupan makanan enak saat sudah menikah nanti. Untuk anak laki-laki

Titipan dari 2008

Tema hari ini adalah: Poem, article, story, or anything from the old time. Kalo aneh-aneh gini ini idenya si Kriwilan Rengginang yang hobi mempermalukan diri sendiri apalagi orang lain. Karena di laptop gue enggak ada sesuatu yang pernah gue buat beberapa tahun lalu, gue akhirnya nyari-nyari harta karun di tiap laci yang gue punya. Di salah satu laci, gue nemu buku harian gitu yang isinya catetan khas anak SD, dan mengejutkannya, di belakang-belakang ada beberapa cerpen yang gue tulis tahun 2008! Can you be as productive as you were in 2008, Fiona? Gue enggak akan nulis semua cerita itu di sini. Gue pilih yang terpendek biar enggak pegel ngetiknya, karena gue ngantuk dan memaksakan harus dipos hari ini demi enggak molor-molor lagi ngeposnya. Ini ceritanya: Kisah Sebungkus Permen Beberapa bulan berlalu, aku belum juga laku, ujar Sugu kepada temannya. Ya jelas saja karena kamu permen yang murah, jadi anak kecil tidak tertarik ha... ha... ha... jawab temannya yang b

Letter to My Daughter

Untuk Anak Perempuanku, Hai, Nak. Ini ibumu, saat ibu berusia 19 tahun. Kerjaan ibu hanya kuliah dan menulis blog, tapi ibu yakin kamu akan jadi jauh lebih keren dari sekadar itu. Pergaulan Jakarta saat ini (2017) sudah semakin buruk, Nak. Anak SD memukuli temannya, bahkan mahasiswa masih mem-bully temannya sendiri. Jaga dirimu baik-baik ya Nak, jangan sampai kamu disakiti atau menyakiti orang lain. Nak, kalau ada keresahan apapun yang kamu rasakan, kamu bisa menceritakannya pada ibu. Mulai dari cerita sehari-harimu sampai masalahmu dengan teman atau mungkin pacarmu jika kau punya. Em, tapi, Nak... jangan cepat-cepat berpacaran ya, ibu tidak mau kamu menghabiskan hidupmu hanya untuk memikirkan hal itu. Mumpung kamu masih muda, lakukanlah hal yang bisa kamu lakukan. Cari beasiswa sekolah di luar negeri, pergi kemana pun kau ingin belajar (doakan ibumu mampu membayarnya). Jika kamu membaca ini dan kamu sudah memiliki pacar, kenalkan pada ibu (dan ayahmu tentunya). Ibu tida

Unsaid Words to...

My Mom. I won't say I love you, because i always say it almost every single day. I say it when i got bored and decided to disturb you whatever you did. I say it everytime i don't know what to say to you. I will say I like every foods you made especially your secret recipe fried chicken. I also like every questions you ask several times. I like it when you give me money to buy some snacks. I like it when you massage me when i'm sick. I like it when you chat me several time when i'm not come home yet. I like it when i disturb you while you busy with your whatsapp. No. I will not say that I love my mom. I will say thank you for every sacrifices you did to me. Thank you for your breastmilk, rice, fried rice, fried chicken, soto, pecak bandeng, pesmol, and all delicious foods you gave to me - and make my diet fail over and over again. Once again, I will not say that I love my mom. Thank you, For the one i called: Mom.

Surat untuk Aku

Hai, Fi. Apa kabar? Kalo lagi sakit, pasti kebanyakan makan mecin ya? Apa kebanyakan minum es? Kurang-kurangin Fi, inget umur. Duapuluh sembilan tahun ya? Pasti udah banyak hal yang kamu lakuin kan? Make sure the answer is yes. Waktu kamu sembilanbelas tahun, kamu mulai niat untuk hidup sehat, makan bersih, rajin olahraga, you even do gym! How awesome! Sampe sekarang masih kan? Masih hidup sehat kan? Masih dong. Sepuluh tahun berlalu cepet banget ya, Fi. Sepuluh tahun kemaren, kamu cuma anak SD yang umurnya baru sembilan tahun, terus tiba-tiba sekarang udah sembilanbelas tahun. Kamu hebat, ingat itu. Kamu menjalani hidupmu dengan hebat, cukup hebat. Kamu hanya kurang sedikit untuk mencapai hidup yang sangat hebat versi kamu sendiri. Semoga hidup kamu di umur duapuluh sembilan tahun udah sampe ke tahap sangat hebat ya. Bagaimana kabar rak buku? Masih rak buku itu? Atau sudah bertambah satu? Atau dua? Tiga? Sudah berapa buku yang kau miliki saat ini, Fi? Bahagiakah kamu bisa

Magang Selama Liburan

Halo. I'm here, eating Surabaya Snow Cake while writing this post. Itu lho, oleh-oleh 'kekinian'-nya Surabaya. Kuenya enak kok, karena gue enggak harus ngantri HAHA, tapi gue bermasalah motongnya karena pastry (?)-nya ancur duluan sebelum gue selesai motong. K, skip. Karena gue udah 19 tahun, gue enggak mau terlalu banyak nyusahin orang tua gue lagi. Gue harus bisa lebih mandiri, nyari uang buat jajan-jajan lucu. Jadi, gue memutuskan untuk magang. Kerjaannya enggak keren-keren banget, enggak susah juga. Iya, gue magang jadi tukang cuci baju. Enggak keren kan? Tapi selama nunggu mesin cuci berenti muter, gue bisa zumba, nonton kartun, baca novel, makan, hem... apa lagi ya? Kegiatan itu gue lakuin selama gue liburan. Gue ngelakuin kerjaan itu sukarela, gue enggak minta bayaran. Uang buat jajan-jajan lucu gue dapet dari kantong-kantong baju atau celana yang gue cuci. Biasanya kan orang-orang pada suka lupa tuh ngeluarin uang di kantong. akhirnya kecuci deh. Nah, uang

CERITANYO X KRIWILAN RENGGINANG

Kamis, 13 Juli 2017. Kemaren, pemilik blog Kriwilan Rengginang, ngajakin gue bikin blogging challenge karena dia mau menghidupkan kembali(?) blognya. Sebenernya, jujur aja nih ya kriwilan rengginang, gue baru denger istilah blogging challenge itu kemaren dari lo HAHAHA. Dari perbincangan semalem, gue dan dia mutusin untuk ngepos postingan baru dua hari sekali dengan tema yang udah kita tentuin bareng.  Motivasi pertama gue meng-iya-kan ajakan dia buat ikutan blogging challenge sebenernya cuma karena gue temen yang baik . Eh enggak deng, gue ikutan karena menurut gue, yang namanya nulis itu harus dilatih, harus diasah. Sama aja kayak belajar hal-hal lain, main musik, masak, atau olahraga misalnya. Gue ikutan karena gue ngerasa kemampuan nulis gue turun sejak gue udah jarang banget nulis beberapa bulan terakhir ini. That's why i think i need to join this unimportant challenge.   Motivasi kedua: ngabisin waktu liburan. Liburan masih sisa 45 hari lagi, dan gue enggak ben

Kuliah Jurusan Apa?

"Oohh.. udah kuliah? Di mana?" "Di Depok, hehe." "Di UI?" "Iya." "Wah... jurusan apa?" "Sastra Indonesia." Biasanya setelah itu, enggak ada lanjutannya lagi.   Mungkin udah banyak banget tulisan serupa yang kesebar di internet, gue pun sering baca dan nge-like juga kadang-kadang karena gue ngalamin hal itu. Tulisan ini gue tulis karena lebaran baru aja lewat, dan banyak percakapan kayak di atas yang gue alami. Gue anak sastra, Sastra Indonesia pula. Kalo kata beberapa orang mah, "Ngapain lo belajar bahasa Indonesia lagi?" biasanya gue ketawa doang, males aja nanggepinnya karena menurut gue, ada banyak topik menarik yang bisa kita obrolin selain pamer jurusan kuliah. Terutama kalo yang nanya itu temen yang udah lama enggak ketemu. Don't you miss me? Let's talk about our memories! Banyak yang nanya ke gue, kenapa sih lo ngambil Sastra Indonesia? Kenapa enggak Sastra Inggris? Sastra Be

After Wedding Life!!

Setelah dua kakak gue nikah awal tahun 2017, gue kebagian imbasnya setiap kali mengunggah foto pernikahan mereka. "Fiona kapan?" "Kapan nyusul, Fi?" "Wah, bentar lagi lo dong ya, Fi." You, people, have to stop this. Like seriously. Gue baru aja 19 tahun, dan menurut gue... hal itu enggak perlu ditanyakan. Gue sibuk nikmatin hidup. Gue masih menikmati hidup gue sebagai individu yang bebas, yang kerjaannya cuma kuliah sama seneng-seneng bareng temen-temen. Yang sibuknya cuma berusaha gimana ngewujudin impian-impian yang mungkin enggak bisa gue wujudin kalo gue enggak lagi 'sendiri'. Keliling dunia misalnya. Gue semau itu keliling dunia, walaupun enggak tau juga caranya gimana. I just... want it... so badly much. Di postingan ini, gue mau bahas kehidupan setelah dua kakak gue nikah kemaren. Karena mau enggak mau, itu memengaruhi kehidupan gue... sekeluarga. Here it is. Keluarga gue ada tujuh orang; abi, umi, abang, pok fira, pok fina, pok fia