Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Letters

Untuk Teman dan Kenalan

Proses pembelajaran seumur hidup: berteman. Dua puluh satu tahun hidup di dunia. TK, SD, SMP, SMA, kuliah. Belum termasuk segala jenis les yang pernah diikuti. Lima fase kehidupan pertemanan udah dilewatin, tapi tetep aja masih harus belajar. Belajar memahami orang-orang dengan sifat baru. Belajar menjadi teman yang baik. Belajar menjalin hubungan yang baik dengan semua orang—walaupun nyaris enggak mungkin. Didukung dengan muka yang kalo diem aja dibilang jutek, memulai pertemanan selalu cukup sulit. Didukung omongan yang suka asal nyeplos kalo enggak suka sesuatu, mempertahankan pertemanan juga susah. Dengan segala sifat-sifat nyebelin yang ada di dalam diri gue, disukai semua orang ya enggak mungkin. Maaf, teman-teman. Dari lima fase pertemanan itu, pasti gue banyak nyakitin hati orang. Pasti. Sengaja atau enggak sengaja. Enggak peduli itu dilakuin untuk tujuan baik atau emang hobi nyari ribut dan musuh. Entah itu karena berantem, atau kesalahpahaman. Makanya, berteman i...

Ya... Udahlah, Ya....

Ini bukan salahmu. Aku tidak dan tidak akan menyalahkanmu atas apa yang aku rasakan saat ini. Ruang hampa yang tercipta saat ini, bukan salahmu. Juga bukan salahku. Ini hanya masalah waktu. Jarak yang terbentang di antara kita bukan hanya perkara ruang dan waktu, tetapi juga perkara rindu. Tidak, aku tidak pernah berharap memilikimu lebih dari seorang sahabat. Bahkan untuk sekadar membayangkannya saja, aku tidak berani. Aku takut hal itu akan menjauhkan kita. Namun, yang terjadi adalah... kita tetap saling menjauh. Bahkan tanpa sempat menyentuh. Kita tetap saling meninggalkan. Bahkan tanpa sempat berpamitan. Saat ini, aku berpikir, mungkin lebih baik jika aku mengakui saja perasaanku. Mungkin lebih baik, jika kita tidak menetap setelah sempat saling mendekap. Pada akhirnya, aku menyesali apa yang tidak ku lalui. Tidak ada yang berubah. Aku, atau kamu. Tidak ada yang berubah. Hanya sedikit revisi. Tentang hubungan di antara kita. Aku akan sangat senang jika kita tetap seperti ...

Boogschutter

Hello. It's kinda hurt me to say that, after all those things that happened, you're still my favorite hello and hardest goodbye. It's hurt me more when i realize we don't even say hello anymore. It's weird, but i will say that i miss you. To my favorite boogschutter, *** Berjanjilah untuk bahagia. Seseorang yang memastikan orang lain selalu bahagia, pantas untuk selalu bahagia. Seseorang yang terusik saat orang lain terisak, layak mendapat kebahagiaan yang tak terusak. Berjanjilah untuk selalu tersenyum dan tidak menyembunyikan beban. Berjanjilah untuk selalu bahagia tanpa kata pura-pura. Rasanya tidak ada yang penting lagi saat memikirkanmu. Selain memastikan kamu bahagia. Perasaan ini terlalu halus untuk dinyatakan. Terlalu gegabah jika dikatakan tulus, karena aku pun tidak tahu apa yang sebenarnya aku rasakan padamu. Kamu mungkin telah melepas panahmu tanpa kau sadari ke arahku hingga kamu tidak menyadari aku jatuh hati. Aku mungkin terlalu pan...

Sepucuk Surat untuk Organ Dalam

Sudah bosankah kamu wahai hati? Hingga akhirnya berhenti membatasi pada siapa akan jatuh hati? Setelah beberapa tahun, akhirnya kau hidupkan kembali debar itu. Setelah beberapa lama, akhirnya kau runtuhkan juga benteng pembatas itu. Akhirnya kau gugurkan juga syarat yang sulit ditembus itu.  Sudah bosankah kamu padanya? Hingga akhirnya jatuh pada orang lain dengan semudah itu? Setelah beberapa lama, akhirnya kau lupakan juga kriteria yang kau junjung mati-matian itu. Setelah segala hal yang terjadi, akhirnya kau jatuh pada orang yang paling tidak terbayangkan dalam hidupmu. Dasar organ dalam. Tidak apa, kau boleh jatuh pada siapa saja. Asal kau sehat selalu di dalam sana. Jangan terkena penyakit apa-apa, ya. 6/11/17

Dear, Son.

Anak laki-laki itu harus kuat. Setidaknya begitu yang orang-orang katakan, dan itu benar. Kamu harus kuat, tapi saat kau tak sanggup lagi menahan segalanya, kau boleh menangis. Jika menurutmu laki-laki enggak boleh nangis, kalo nangis bukan laki. Kau boleh ketuk kamar ibu dan memeluk ibu kapan pun kau membutuhkannya. Ibu akan senang menerima pelukan itu. Kamu boleh jadi sekuat yang kamu mampu. Kamu boleh jadi setangguh yang kamu bisa. Kamu harus kuat untuk melindungi saudara perempuanmu. Kamu harus tangguh agar tidak mudah menyerah pada kerasnya duniamu nanti. Jangan sakiti perempuan, ya? Setampan apapun kamu nanti, sebaik apapun pribadimu kelak, jangan sakiti perempuan. Tidak, jangan sakiti siapapun. Apalagi perempuan. Jadilah laki-laki baik. Carilah perempuan yang baik, yang bisa diajak ke dufan dan bersenang-senang bersama. Carilah perempuan yang mau belajar masak, agar ibu yakin kamu tidak kekurangan asupan makanan enak saat sudah menikah nanti. Untuk anak laki-laki ...

Letter to My Daughter

Untuk Anak Perempuanku, Hai, Nak. Ini ibumu, saat ibu berusia 19 tahun. Kerjaan ibu hanya kuliah dan menulis blog, tapi ibu yakin kamu akan jadi jauh lebih keren dari sekadar itu. Pergaulan Jakarta saat ini (2017) sudah semakin buruk, Nak. Anak SD memukuli temannya, bahkan mahasiswa masih mem-bully temannya sendiri. Jaga dirimu baik-baik ya Nak, jangan sampai kamu disakiti atau menyakiti orang lain. Nak, kalau ada keresahan apapun yang kamu rasakan, kamu bisa menceritakannya pada ibu. Mulai dari cerita sehari-harimu sampai masalahmu dengan teman atau mungkin pacarmu jika kau punya. Em, tapi, Nak... jangan cepat-cepat berpacaran ya, ibu tidak mau kamu menghabiskan hidupmu hanya untuk memikirkan hal itu. Mumpung kamu masih muda, lakukanlah hal yang bisa kamu lakukan. Cari beasiswa sekolah di luar negeri, pergi kemana pun kau ingin belajar (doakan ibumu mampu membayarnya). Jika kamu membaca ini dan kamu sudah memiliki pacar, kenalkan pada ibu (dan ayahmu tentunya). Ibu tida...

Unsaid Words to...

My Mom. I won't say I love you, because i always say it almost every single day. I say it when i got bored and decided to disturb you whatever you did. I say it everytime i don't know what to say to you. I will say I like every foods you made especially your secret recipe fried chicken. I also like every questions you ask several times. I like it when you give me money to buy some snacks. I like it when you massage me when i'm sick. I like it when you chat me several time when i'm not come home yet. I like it when i disturb you while you busy with your whatsapp. No. I will not say that I love my mom. I will say thank you for every sacrifices you did to me. Thank you for your breastmilk, rice, fried rice, fried chicken, soto, pecak bandeng, pesmol, and all delicious foods you gave to me - and make my diet fail over and over again. Once again, I will not say that I love my mom. Thank you, For the one i called: Mom.

Surat untuk Aku

Hai, Fi. Apa kabar? Kalo lagi sakit, pasti kebanyakan makan mecin ya? Apa kebanyakan minum es? Kurang-kurangin Fi, inget umur. Duapuluh sembilan tahun ya? Pasti udah banyak hal yang kamu lakuin kan? Make sure the answer is yes. Waktu kamu sembilanbelas tahun, kamu mulai niat untuk hidup sehat, makan bersih, rajin olahraga, you even do gym! How awesome! Sampe sekarang masih kan? Masih hidup sehat kan? Masih dong. Sepuluh tahun berlalu cepet banget ya, Fi. Sepuluh tahun kemaren, kamu cuma anak SD yang umurnya baru sembilan tahun, terus tiba-tiba sekarang udah sembilanbelas tahun. Kamu hebat, ingat itu. Kamu menjalani hidupmu dengan hebat, cukup hebat. Kamu hanya kurang sedikit untuk mencapai hidup yang sangat hebat versi kamu sendiri. Semoga hidup kamu di umur duapuluh sembilan tahun udah sampe ke tahap sangat hebat ya. Bagaimana kabar rak buku? Masih rak buku itu? Atau sudah bertambah satu? Atau dua? Tiga? Sudah berapa buku yang kau miliki saat ini, Fi? Bahagiakah kamu bisa...

Surat Untuk Adik

Hai, dik. Malam ini takbir bergema di mana-mana. Entah kenapa mendadak aku teringat padamu. Enambelas tahun sudah, dik. Kamu sudah bukan anak-anak lagi. Enambelas tahun sudah kamu pergi, tanpa pernah merasakan idul fitri bersama kami. Atau mungkin pernah? Aku lupa. Aku lupa apa kamu sempat merayakan idul fitri selama hidupmu. Aku hanya ingat satu hal, saat kamu jatuh sakit. Waktu itu sepertinya aku baru berusia tiga tahun. Waktu kamu sakit dan harus dirawat di rumah sakit, aku tidak tahu apa yang kurasakan saat itu. Aku ingat sejak itu, aku selalu menjengukmu, tapi kamu yang waktu itu berusia sekitar enam bulan tak menyapaku. Kamu lemas, dan selalu tertidur di ranjang rumah sakit. Saat itu aku tidak mengerti apapun tentang kematian. Aku ingat, waktu itu mendadak rumah ramai, dan aku menemukan kamu. Tertidur di tengah ruangan, dengan wajah pucat. Aku masih ingat pula wajahmu saat itu, kamu gemuk, pipimu menggemaskan, saat itu aku pikir kamu sudah sembuh. Jujur saja, aku tidak sedi...

Teruntuk...

Untuk lelaki yang ditakdirkan menjadi milikku, Selamat! Selamat karena kamu terjebak pada perempuan yang akan selalu menjadikan kamu inspirasi dari setiap bait-bait puisi yang lahir dari tangannya. Selamat karena beberapa sifatmu akan dijadikan sifat tokoh yang garis hidupnya akan ia tulis. Selamat karena segala hal yang meresahkan untuknya dapat kamu ketahui dengan mudah hanya karena membaca tulisannya. Aku sangat senang menghabiskan waktu untuk menulis beberapa bait puisi, atau mengarang beberapa paragraf cerita, atau bahkan sekadar membaca beberapa novel. Aku terbiasa menghabiskan waktuku dengan hal-hal seperti itu, jauh sebelum aku bertemu dan mengenalmu, jadi aku mohon saat aku melakukan hal-hal itu, temani aku dalam diam, atau kamu bisa meninggalkan aku sendirian. Karena hal-hal itu yang dapat menenangkan aku atas segala masalah yang sedang terjadi. Teruntuk laki-laki yang akan menghabiskan sisa hidupnya bersamaku, Tentu akan selalu ada waktu untuk kita. Tentu aku ti...