Proses pembelajaran seumur hidup: berteman.
Dua puluh satu tahun hidup di dunia. TK, SD, SMP, SMA, kuliah. Belum termasuk segala jenis les yang pernah diikuti. Lima fase kehidupan pertemanan udah dilewatin, tapi tetep aja masih harus belajar. Belajar memahami orang-orang dengan sifat baru. Belajar menjadi teman yang baik. Belajar menjalin hubungan yang baik dengan semua orang—walaupun nyaris enggak mungkin.
Didukung dengan muka yang kalo diem aja dibilang jutek, memulai pertemanan selalu cukup sulit. Didukung omongan yang suka asal nyeplos kalo enggak suka sesuatu, mempertahankan pertemanan juga susah. Dengan segala sifat-sifat nyebelin yang ada di dalam diri gue, disukai semua orang ya enggak mungkin. Maaf, teman-teman.
Dari lima fase pertemanan itu, pasti gue banyak nyakitin hati orang. Pasti. Sengaja atau enggak sengaja. Enggak peduli itu dilakuin untuk tujuan baik atau emang hobi nyari ribut dan musuh. Entah itu karena berantem, atau kesalahpahaman. Makanya, berteman itu pelajaran seumur hidup.
Be kind.
Be polite.
Be respectful.
Be a good listener.
Be friend with everyone.
I try.
Tapi karena itu proses seumur hidup, mungkin belum sempurna. Untuk semua teman-temanku dari TK sampai sekarang, dari sekolah sampe tempat les, dari Sabang sampe Merauke, maaf. Maaf kalo gue sering nyebelin, kurang baik, kalo ngomong pedes. Maaf, ya. Enggak mau bikin alasan atau klarifikasi, karena enggak ada pembenaran dari kesalahan.
Mari belajar memperbaiki diri. Belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Belajar menjadi teman yang, kalau tidak baik, setidaknya tidak jahat. Belajar menjadi mahasiswa humaniora yang lebih humanis.
Salam sayang,
Temanmu.
Komentar
Posting Komentar