Aku menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, teringat alasanku pindah ke Jakarta, teringat Nada dan teringat pada Rendy. Rendy, dia termasuk ke dalam alasanku pindah ke kota metropolitan ini. Dia memintaku untuk menjaga teman masa kecilnya yang sering ia bicarakan denganku tanpa memberitahu siapa namanya, dia memintaku untuk menjaga cinta pertamanya dan sampai sekarang pun, aku belum menemukan siapa orang itu. “Ndra, jagain dia ya.” ucapnya waktu itu. “Lagian lo kenapa enggak ngasih namanya ke gue sih, Ren?!” dengusku. Lalu, pikiranku melayang pada Nada, pada gadis yang sibuk mengurusi penantiannya pada seseorang yang tak kunjung pulang, gadis yang terlihat kuat tapi sangat rapuh jika kau membicarakan hal-hal yang tergolong ‘anti’ pada dirinya, gadis yang berhasil didekatinya beberapa bulan terakhir dengan perantara hujan . “Susah punya temen kayak lo, Ren. Ngerepotin aja, lo ah!” sambungku sambil mengacak rambut. *** Beberapa hari ini, Nada berhasil membua...