Hai, dik.
Waktu itu sepertinya aku baru berusia tiga tahun. Waktu kamu sakit dan harus dirawat di rumah sakit, aku tidak tahu apa yang kurasakan saat itu. Aku ingat sejak itu, aku selalu menjengukmu, tapi kamu yang waktu itu berusia sekitar enam bulan tak menyapaku. Kamu lemas, dan selalu tertidur di ranjang rumah sakit.
Saat itu aku tidak mengerti apapun tentang kematian. Aku ingat, waktu itu mendadak rumah ramai, dan aku menemukan kamu. Tertidur di tengah ruangan, dengan wajah pucat. Aku masih ingat pula wajahmu saat itu, kamu gemuk, pipimu menggemaskan, saat itu aku pikir kamu sudah sembuh. Jujur saja, aku tidak sedih saat itu. Aku tidak mengerti apa yang akan terjadi pada seseorang yang sudah meninggal, sekalipun beberapa orang menjelaskannya padaku.
Jika kamu melihat album fotomu, kamu akan melihat banyak potret dirimu. Sejak kamu lahir, sakit, dan di hari terakhirmu. Kamu tidak akan menemukanku dengan mata sembap, atau dengan wajah yang basah oleh air mata, tapi kamu akan menemukan banyak wajahku yang tersenyum, bahkan di hari kepergianmu, dan aku mohon maaf untuk itu.
Dik,
Banyak yang bilang, saat malam takbir di hari idul fitri, orang-orang yang sudah meninggal akan mengunjungi rumah mereka. Aku tidak tahu itu benar atau tidak, namun jika benar, kamu harus tahu bahwa walaupun aku hanya mengenal namamu, walaupun aku hanya mengingat wajahmu lewat foto, aku menyayangimu, sangat menyayangimu.
24/06/2017
23:26
Malam ini takbir bergema di mana-mana. Entah kenapa mendadak aku teringat padamu. Enambelas tahun sudah, dik. Kamu sudah bukan anak-anak lagi. Enambelas tahun sudah kamu pergi, tanpa pernah merasakan idul fitri bersama kami. Atau mungkin pernah? Aku lupa. Aku lupa apa kamu sempat merayakan idul fitri selama hidupmu. Aku hanya ingat satu hal, saat kamu jatuh sakit.
Waktu itu sepertinya aku baru berusia tiga tahun. Waktu kamu sakit dan harus dirawat di rumah sakit, aku tidak tahu apa yang kurasakan saat itu. Aku ingat sejak itu, aku selalu menjengukmu, tapi kamu yang waktu itu berusia sekitar enam bulan tak menyapaku. Kamu lemas, dan selalu tertidur di ranjang rumah sakit.
Saat itu aku tidak mengerti apapun tentang kematian. Aku ingat, waktu itu mendadak rumah ramai, dan aku menemukan kamu. Tertidur di tengah ruangan, dengan wajah pucat. Aku masih ingat pula wajahmu saat itu, kamu gemuk, pipimu menggemaskan, saat itu aku pikir kamu sudah sembuh. Jujur saja, aku tidak sedih saat itu. Aku tidak mengerti apa yang akan terjadi pada seseorang yang sudah meninggal, sekalipun beberapa orang menjelaskannya padaku.
Jika kamu melihat album fotomu, kamu akan melihat banyak potret dirimu. Sejak kamu lahir, sakit, dan di hari terakhirmu. Kamu tidak akan menemukanku dengan mata sembap, atau dengan wajah yang basah oleh air mata, tapi kamu akan menemukan banyak wajahku yang tersenyum, bahkan di hari kepergianmu, dan aku mohon maaf untuk itu.
Dik,
Banyak yang bilang, saat malam takbir di hari idul fitri, orang-orang yang sudah meninggal akan mengunjungi rumah mereka. Aku tidak tahu itu benar atau tidak, namun jika benar, kamu harus tahu bahwa walaupun aku hanya mengenal namamu, walaupun aku hanya mengingat wajahmu lewat foto, aku menyayangimu, sangat menyayangimu.
24/06/2017
23:26
Komentar
Posting Komentar