Langsung ke konten utama

Cerita Hari Keempat Ramadan

Saat seperti ini biasanya aku merindukanmu. Jangan lupa sisipkan sangat, karena jika rindu berobjek kamu, maka sangat akan selalu mendahului rindu. Saat seperti ini biasanya aku mengharapkan kehadiranmu. Hanya mengharapkan, tanpa menuntut untuk bertemu.

Malam hari seperti ini biasanya aku merindukanmu. Malam hari setelah perdebatan dengan orang lain, malam hari setelah semesta seakan memusuhiku seorang diri. Dulu, setelah pertengkaran kecil dengan kakakku, aku selalu mencarimu. Aku mencarimu, karena kamu tidak pernah membelaku, kamu hanya mendengarkan, kamu adalah pendengar yang baik. Kemudian aku sadar, kamu bukan pendengar yang baik, kamu tidak menanggapi karena kamu tidak peduli.

Dulu, setelah pertengkaran hebat dengan teman-temanku yang lain, aku selalu mencarimu. Kemudian, setelah selesai, kamu akan bertanya, "udah keselnya?" dan itu berlaku untuk ratusan cerita yang aku ceritakan padamu. Kukira itu berarti kamu rela aku jadikan pelampiasan amarahku, namun lagi-lagi itu adalah bentuk ketidakpedulianmu.

Dulu, setelah hari-hari yang berat di sekolah, aku selalu mencarimu. Seperti biasa, kamu tidak banyak bicara. Hanya mendengarkan dan memberiku kudapan. Sogokan, biar tidak kesal lagi, katamu. Aku yang suka makan ini tentu bahagia, dan menganggap hal itu bentuk perhatian, namun ternyata itu bentuk usahamu membuatku diam.

Belakangan ini, aku sadar. Aku tidak lagi peduli kamu tidak menanggapi ceritaku karena tidak peduli. Aku tidak lagi peduli kamu mengacuhkanku karena muak dengan ceritaku yang tidak berganti. Aku hanya ingin kamu kembali. Mendengarkan ceritaku lagi, sambil sesekali meringis menahan sakit yang menggerogoti.

Gadis itu menyeka air matanya, mengusap nisan di depannya. Di bawahnya terbaring jasad seorang sahabat, yang pergi karena tak sanggup lagi menahan perih, yang pergi karena bahagianya bukan di sini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thoughts on Birthday

Birthday should be one of the special day in a year. Not because of the present you will get, but for me, it's because of the prayer. Birthday is beautiful because of the people who celebrate your birthday come with all those good wishes. Have a long life, be happy, have a joyful birthday. Simple words, but i love it the most. Some people also add on extra beautiful words. Thank you for being born. Thank you for holdin on til now. Or even thank you for being my friend. Thank you for spending your life with me. I can't hold back my tears when i read all those words in my birthday greeting chats or letters. I'm so thankful. Receiving presents and foods on my birthday is indeed make me happy. But, a simple "happy birthday" is really enough. I'm so thankful even with that simple phrase. Birthday is not about gettin all those presents. It's also not about partying all night long in a 5 star hotel. It's about sincere prayer your families, your friends, or ev...

Basically, We are Alone.

Yap. Basically, we are alone. Most of us were born alone. At least, i was born alone. That's why i often feel like i spent most of my time alone. It's some kind of healing for me. I don't hate people, but sometimes, interacting with others drained my energy more than doing my assignments did. I don't hate people, but still, please let me be in my little bubble, where i feel the most comfortable. Before this covid things, i already love to stay in my room, scrolling down the timeline, reading a lot of books, or laying on my bed. Sometimes, i love to go out and hang out with my friends and family. After this covid happens, it got worse. Interacting with other people really make me tired. I might be go out for a day, chitchat with my friend for a day, but after that, i would definitely stay in my little bubble for a month to recharge my energy. I hate it when someone force me to visit someone house or to interact with other people. If i don't want to, then whyyy?! And ...

Pesan dari Seorang Teman

"Kalo gabut mah chat gue aja, kali." "Gimana, gimana? Cerita dong!" " Are you ok ?" "Lo kangen gue, ya?" Ting! Tanda pesan masuk. Perempuan itu menatap layar telepon genggamnya, membaca pesan, dan meninggalkannya tak berbalas. "Ah, basa-basi lagi," gumamnya. Layar telepon genggamnya masih menyala, menampilkan pesan dengan satu kata, kangen.