Langsung ke konten utama

Untitled (2/4)


Sudah seminggu sejak ‘jadi’nya Allura dan Ferdi. Seminggu juga Allura tidak main ke rumahku. Rasa kehilangan itu menyeruak masuk ke dalam jiwaku. Aku kehilangan sahabatku, aku kehilangan temanku aku kehilangan my-first-love dan aku kehilangan Allura.

“Paagiii Aaavveerryyy….” Sekarang, sapaan ini yang selalu kudapat setiap aku tiba di sekolah. Sapaan dengan suara sok manis yang menjijikan. Dan biasanya, aku hanya menanggapinya dengan ‘senyum’ memaksa.

“Pagi bro!” sapa Ferdi sambil menepuk pundakku. Tolonglah, aku benci momen ini. Momen disaat Allura tidak lagi berjalan disebelahku.

“Hei Fer. Gue duluan ya!” ucapku sambil berlalu meninggalkan Ferdi dan… Allura.

***
“Bro! Lemes banget, kenapa?” seru Inggar, temen sekelas sekaligus temen klub basket.

“Lemes dari mana? Semangat banget gini gue!” Inggar berdecak.

“Gue tau lo, gak usah boong deh! Eh, denger-denger… Lura jadian sama Ferdi?” Ya, Inggar memang biasa memanggil Allura dengan sebutan Lura. Aku mengacak rambutku. Kapan sih, satu menit saja aku tidak mendengar nama ‘Ferdi dan Allura’ apalagi ditambah kata ‘jadian’ hiihh… jijik.

“Iya, baru seminggu lalu. Kemana aja lo?”

“Lo jahat.” ucap Inggar.

“Kookk…-”

“Lo tau kan Ferdi kayak apa?? Lo tega ngebiarin Lura jadian sama Ferdi? Lo tuh sahabatnya Lura Ver!” Apa-apaan sih, baru dateng udah disembur kalimat enggak enak gini. Yang gue tau kan, Ferdi baik.

“Emang Ferdi kayak apa? Setau gue dia baik deh. Ceritain!”

“Susah sih Ver gue nyeritainnya. Takut salah Ver… tapi, semoga dia enggak ‘gitu’ sama Lura ya.”

“Sungguhan deh Gar, enggak usah bilang ke gue kalo enggak mau ngasih tau!” sahutku sambil mengertakan jari-jariku di meja.

***
Sial. Kata-kata Inggar sukses membuatku berfikir lebih dalam tentang Ferdi. Tapi serius, aku ‘membolehkan’ Allura pacaran dengan Ferdi karena selama ini aku tahu Ferdi anak yang baik. Aku tahu Ferdi baik aja masih enggak rela kalo liat nama Allura di bio twitter Ferdi jadi Allura’s. Jijik! Apalagi ngeliat Ferdi ngerangkul Allura di sekolah. Enek!

“Ver…! Ada Allura nih, keluar dong!” seru ibu dari luar.

‘Ngapain sih dia kesini….’ gumamku.

“Ver…!” seru ibu lagi.

“Iya iya… tunggu.” Aku berjalan gontai keluar kamar. Malas sekali rasanya menemui orang yang dulu paling semangat ku temui, orang yang dulu adalah moodbooster ku, orang yang sekarang udah ada yang ‘punya’.

Diluar, Allura sudah duduk manis di ruang tamu sambil ‘meluk’ toples berisi permen coklat sejenis m&m. Tapi sungguh, itu bukan m&m, mana sudi aku ngasih dia m&m? GAK AKAN! Apalagi sejak… ah sudahlah.

“Beneran deh Lur… gue lagi gak mood direcokin… mau ngapain sih??” tanyaku sambil merebahkan tubuhku di sofa panjang.

“Jahat lo! Gue cuma pengen maen aja, udah lama kan gue gak kesini….”

“Enggak ada yang kangen lo. Iya kan bu??” ucapku sambil melirik ibu yang sedang serius membaca tabloid di ruang TV. “Udah, jangan sering-sering lagi kesini. Nanti Ferdi ngira gue nusuk dia dari belakang lagi. Ada perlu apa sih Lur? Kalo tentang Ferdi, lo mendingan pulang.” sambungku. Ibu yang sudah biasa melihat ‘peristiwa’ seperti ini hanya melanjutkan kegiatannya.

“Ver, Ferdi itu baik ya. Gue beruntung banget nerima dia. Thanks ya Ver!” Aku menelan ludah.

‘Lur, apa lo gak sadar kalo orang yang ada di hadapan lo itu bukan orang yang tepat buat lo cerita tentang Ferdi? Gue itu orang yang salah Lur….’ ucapku dalam hati.

“Ver? Ver!” Aku gelagapan.

“Iya iya baik. Apapun kata lo deh, mau Ferdi baik kek mau apa kek… gue iya-in aja.”

***
Hari ini hari Minggu di minggu pertama awal bulan, seperti biasa, klub basket sekolahku rutin latihan di lapangan basket sekolah. Dan seperti biasa, Allura duduk manis di pinggir lapangan, tapi kali ini dia ada bukan untukku, dia ada untuk Ferdi.

“Fer, semangat ya!” seru Allura. Ferdi mengacak rambut Allura dengan halus. Aku mengepalkan tanganku, kenapa sih Allura enggak diem aja di rumahnya? Bantuin ibunya beres-beres kek, ngapain kek.

Selama latihan, aku sama sekali tidak konsentrasi ke permainanku. Sikap Allura pada Ferdi sebelum latihan tadi berhasil mengacak pikiranku. Bahkan, bola yang diumpan ke arahku tidak berhasil ku tangkap.

“Avery…! C’mon! Ada apa sih?? Dari tadi lo gak konsen gitu….” ucap Dewa, ketua klub basket.

“Sorry Wa, gue rada gak fokus nih, ayo deh mulai lagi!”

Latihan pun kembali dimulai. Tetap dalam keadaan enggak fokus dan pandangan kosong, aku men-dribble bola basket sambil memainkan emosiku. Bola basket itu seakan menjadi ‘pelampiasan’ rasa kesalku. Ketika ring semakin dekat, aku men-shoot dan bola basket itu tidak berhasil masuk ke dalam ring. Padahal itu termasuk jarak dekat. Payah.

Sekitar pukul 11, latihan pun selesai. Biasanya, aku pulang bersama Inggar dan Allura tapi sekarang aku pulang berdua Inggar, semoga orang-orang yang melihat kita enggak nyangka yang ‘aneh-aneh’.

“Lo mikirin Lura ya?” tanya Inggar sambil melempar bekas botol mineralnya ke tempat sampah.

“Mikirin apa? Enggaklah. Ngapain gue mikirin dia?”

“Gak usah boong. Your eyes tell the truth, Ver. Lo suka Lura kan? Kenapa gak bilang sebelum Ferdi Ver?” tanya Inggar lagi. Aku menghela nafas. Dia emang bener-bener mabro.

“Ya udahlah. Yang udah lewat biarin aja. Lagian gue takut dia enggak suka sama gue, kalo gue nyatain nanti dia malah jaga jarak sama gue lagi.”

“JIII!!!” seru Inggar sambil berlari kecil menghampiri Aji, temen klub basket juga.

“Yeh, kurang ajar si Inggar….” gumamku sambil menyusul Inggar dan Aji di depan. 

“Eh, Ver. Lo kok ngebolehin Allura jadian sama Ferdi sih??” tanya Aji setelah melihat aku berjalan disebelahnya.

“Emang kenapa sih?? Lo lo pada tuh bikin gue takut tahu enggak?” Aji menghela nafas.

“Gar, pinter juga ya si Ferdi. Dia tau kalo Very sohibnya Allura, makanya dia ga nunjukin Gar.” ucap Aji pada Inggar. Oh tolonglah….

“Sungguhan deh! Kasih tau kek, kenapaa??!” seruku.

“Yah… pokoknya, lo tetep kayak biasa aja ya sama Allura. Jangan jauhin dia, dengerin kalo dia mau cerita. Gue yakin sih bakalan baik-baik aja. Ye gak Gar?” Inggar menghela nafas.

“Fifty fifty. Enggak sepenuhnya yakin gue….” tanggap Inggar.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thoughts on Birthday

Birthday should be one of the special day in a year. Not because of the present you will get, but for me, it's because of the prayer. Birthday is beautiful because of the people who celebrate your birthday come with all those good wishes. Have a long life, be happy, have a joyful birthday. Simple words, but i love it the most. Some people also add on extra beautiful words. Thank you for being born. Thank you for holdin on til now. Or even thank you for being my friend. Thank you for spending your life with me. I can't hold back my tears when i read all those words in my birthday greeting chats or letters. I'm so thankful. Receiving presents and foods on my birthday is indeed make me happy. But, a simple "happy birthday" is really enough. I'm so thankful even with that simple phrase. Birthday is not about gettin all those presents. It's also not about partying all night long in a 5 star hotel. It's about sincere prayer your families, your friends, or ev...

Little Star, You Shine! - Kau Berkilau. Tinggi, Tapi Sendirian...

Tadinya, udah berniat post "Dec." itu sebagai post terakhir di tahun ini, tapi, ternyata... seorang Fiona baru mendapat kado akhir tahun yang sangat indah tepat di tanggal 26 Desember kemarin.  Alhamdulillah. Speechless.  Buku kedua yang judulnya 'Little Star, You Shine!' terbit lebih cepat dari yang dijadwalkan. Waktu itu sempet nanya sama Kak Andika, katanya paling cepet terbit itu awal tahun 2015, makanya sama sekali enggak kepikiran bakal dapet paket bukti terbit di bulan ini.  Tapi... tapi...  Buku kedua ini cantik luar biasaaa :D  Sukaaaaa sekali sama covernyaaaaa :3 Langsung aja yaaa...  Ini iniiii.... YAP! Itu diaaaaaaa :')  Sinopsis ya biar makin banyak yang niat beli dan beli bukunyaaaa~~  Nih  Menjadi diriku enggak gampang. Jangan sekali-kali kamu hanya melihat gemerlap dunia entertainment yang kugeluti saja. Jangan pula kamu berpikir bahwa semua tampak lebih mudah jika menjadi seleb...

Titipan dari 2008

Tema hari ini adalah: Poem, article, story, or anything from the old time. Kalo aneh-aneh gini ini idenya si Kriwilan Rengginang yang hobi mempermalukan diri sendiri apalagi orang lain. Karena di laptop gue enggak ada sesuatu yang pernah gue buat beberapa tahun lalu, gue akhirnya nyari-nyari harta karun di tiap laci yang gue punya. Di salah satu laci, gue nemu buku harian gitu yang isinya catetan khas anak SD, dan mengejutkannya, di belakang-belakang ada beberapa cerpen yang gue tulis tahun 2008! Can you be as productive as you were in 2008, Fiona? Gue enggak akan nulis semua cerita itu di sini. Gue pilih yang terpendek biar enggak pegel ngetiknya, karena gue ngantuk dan memaksakan harus dipos hari ini demi enggak molor-molor lagi ngeposnya. Ini ceritanya: Kisah Sebungkus Permen Beberapa bulan berlalu, aku belum juga laku, ujar Sugu kepada temannya. Ya jelas saja karena kamu permen yang murah, jadi anak kecil tidak tertarik ha... ha... ha... jawab temannya yang b...